SERBANEKA :
RAMBU2 sebagai PEMBIBIT (Banjir, Hujan, Pemilu, Persaingan, Harga ayam potong dll)
Menjadi pembibit ternyata juga harus belajar ilmu ekonomi (makro / mikro), belajar ilmu cuaca, belajar ilmu marketing, harus banyak melihat dan mendengar situasi pasar dan tentunya harus belajar ilmu genetika.
Orang tidak akan pintar kalau belum pernah melakukan kesalahan. Dengan melakukan kesalahan maka orang akan menyadari kebodohanya sehingga orang pada akhirnya tidak mau salah lagi sehingga jadinya pintar. Pengusaha tidak atau belum akan sukses kalau belum mengalami jatuh bangun, bangkrut, bangkit lagi dst.
Dengan jatuh bangun tadi maka pengusaha akan mengalami proses pematangan mental, akan tahu apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan, kecerobohan, kegagalan, kerugian dll. Dengan demikian maka pengusaha pada selanjutnya akan selalu melakukan yang terbaik menuju kesuksesan.
Ternyata saya harus belajar ilmu ekonomi (baik makro maupun mikro). Ekonomi makro dan mikro ini ibarat dua sisi mata uang yang sama tidak bisa dipisahkan. Kalau ekonomi dunia bergolak, yunani dan eropa runtuh, amerika seret dll maka gema pengaruh akan sampai Indonesia juga. Kenapa? Logika-nya mudah, kalau orang mengalami kesulitan yang jelas orang tidak akan investasi, melakukan penghematan, kurangi belanja, duit uang yang dipinjam orang lain akan ditagih, duit yang disimpan diluar akan dibawa pulang.
Nach.. akibatnya ekonomi Indonesia juga jadi seret petumbuhan turun, ekonomi melambat, orang kurangi belanja, berhemat, bunga bank naik, biaya2 pada naik.. apa yang dilakukan? Kurangi belanja, makan daging dan telur dikurangi, stcok melimpah, harga turun, peternak rugi / bangkrut, pembibit gak ada yang beli ikut karambol bangkrut juga.
Kalau cuaca hujan biasanya segala penyakit unggas muncul berkembang, banyak kejadian penyakit, pelihara sulit, peternak takut ayam kena penyakit, menunda pelihara, permintaan bibit berkurang, sepi, tidak laku, banting harga, pembibit rugi / bangkrut. Ditambah banjir dimana mana peternak sibuk urusi rumah dan sawah ladangnya, kiriman ayam & bebek tidak lancar, stock berlebih, harga turun murah, banting harga, rugi, pembibit tidak laku, rugi juga.
Ayam potong / broiler di Indonesia over stock, kelebihan produksi, banting harga, harga turun murah membawa efek ke harga telur ayam ras jadi murah, karena harga telur murah maka banyak ayam di afkir dan tentunya karena afkir bersamaan jadi nya harga murah, akibatnya harga ayam kampung asli murah, harga daging bebek jadi ikut murah. Nach jadi rugi bersama sama berjamaaah..
Jadi manjadi pembibit itu juga tidak mudah, banyak faktor diluar jangkauan kita yang harus selalu diprediksi dan diperhitungkan. Jadi pembibit itu tidak hanya sekedar kawinkan ayam atau bebek, tetapi ada upaya lain yaitu ‘proses genetika’ dan ‘proses pemberdayaan ekonomi’ yang berkaitan satu dengan yang lain. Saya sudah main ayam & bebek ‘baru’ 28 tahun, merasakan kesulitan2 yang luar biasa berat agar usaha saya bisa sesuai dengan harapan saya. Capek lelah sekali… karena anda2 saja saya jadi bersemangat untuk tetap ada. Semoga anda selalu memberi semangat kepada saya untuk tetap berkarya! Amin.
Kategori:
Ayam Arab, Ayam Kampung Jawa, Ayam Ras, Bebek, Hias, Problematika, Puyuh, Serba Serbi